Buku bagi Guru

Buku bagi Guru

Zaenal Arifin, S.Pd.I

Tidak terlalu sulit untuk sependapat dengan apa yang disampaikan oleh ibu Ismilah Ardianingrum guru MIN Muktisari Kebumen pada kolom Edukasia Suara Merdeka 11 Maret 2010, bahwa salah satu faktor penyebab rendahnya budaya  riset guru adalah kurangnya minat baca di kalangan mereka. Di satu sisi mereka telah kehabisan tenaga untuk membaca dan mempelajari  teori  atau materi pelajaran yang akan disampaikan, tetapi juga dituntut untuk menyiapkan berbagai perencanaan sebelum proses pembelajaran berlangsung di sisi lain. sehingga terhadap referensi/sumber bacaan di luar materi pembelajaran yang sebenarnya sangat mendukung bagi efektivitas pembelajaran sangat jarang membaca atau bahkan mempelajarinya, kalau tidak dikatakan tidak pernah sama sekali.
Harus disadari betul oleh para guru bahwa belajar bukan semata-mata menjadi tugas dan kewajiban peserta didik, namun juga merupakan tugas dan tanggung jawab guru dalam mengembangkan pembelajaran guna menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan. Salah satu bentuk tanggung jawab itu adalah dengan membaca dan mempelajari berbagai buku atau literatur di luar materi pembelajaran yang relevan.
Dalam konteks kekinian ironisnya minat baca yang rendah dikalangkan para guru diikuti oleh minimnya koleksi buku-buku pribadi yang masih ada hubungannya dengan inovasi pembelajaran. Dan yang lebih parah lagi ketika ada fasilitas perpustakaan di sekolah mereka kurang mengoptimalkan dan enggan membaca selain buku-buku  materi pembelajaran. Maka tidak menutup kemungkinan lahirlah guru-guru yang pandai terhadap penguasaan konsep materi pembelajaran namun di sisi lain mereka minim sekali terhadap kompetensi  strategi maupun metodologi pembelajaran.  Dan yang terjadi adalah pembelajaran pasif atau pembelajaran searah dengan guru menjadi pusat informasi tunggal.
Dalam korelasinya dengan minimnya koleksi buku-buku pribadi guru tentang inovasi pembelajaran maka yang harus diperhatikan pertama, ada perencanaan alokasi dana untuk membeli buku-buku tersebut. Sungguh aneh dan benar-benar terjadi ketika guru dapat membelanjakan uangnya untuk keperluan sekunder namun terasa berat untuk membeli buku, tentunya dibarengi dengan berbagai alasan. Seorang guru harus punya komitmen bahwa dalam satu bulan misalnya dengan menyisihkan uangnya untuk membeli satu  buku. Coba bayangkan ketika hal itu dilakukan dalam waktu satu tahun maka kita pun memiliki 12 buku. Dan bagaimana kalau hal itu dilakukan dalam kurun waktu dua tahun, tiga tahun..... dan lagi-lagi aneh seseorang yang sudah berpuluh-puluh tahun mengabdikan dirinya menjadi seorang guru, buku yang ada tidak terlalu sulit untuk menghitungnya atau bahkan tidak lebih dari hitungan jari kita.
Kedua, bahwa dengan membeli buku pada hakikatnya seorang guru sedang  berinvestasi. Buku-buku yang kita miliki bukan saja dimanfaatkan oleh diri kita, namun dapat digunakan oleh anak cucu kita. Dan buku tidak hanya digunakan pada saat ini , akan tetapi untuk keperluan jangka panjang yang tak ada batasnya. Yang paling penting adalah ketika kita berinvestasi dengan buku maka secara tidak langsung menumbuh kembangkan budaya minat baca pada generasi penerus kita. Tentunya hal itu dikembalikan lagi kepada kesadaran individu seorang guru sejauh mana memandang substansi dari buku-buku tersebut.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SKI MA KELAS XII : WALISONGO

SKI MA KELAS XII : ISLAM DI DUNIA ( AFRIKA DLL)

SKI MA KELAS XII :ISLAM DI INDONESIA